Kupersembahkan untukmu... seuntai huruf serangkai kata... semoga jadi kalimat indah... yang jejaringnya menyambung di web 2.0 -iscab condro-
Thursday, April 9, 2009
Api itu
ketika api itu menyala
membawa terang
membantuku melewati gelapnya lika-liku kehidupan
Teringat suatu masa
ketika api itu membakar
membawa kobaran
menghancurkan semak belukar yang merintangi jalanku
Teringat suatu masa
ketika kulihat api itu di sana
menjadi petunjuk arahku
ke sanalah aku berlari menyongsongnya
Teringat suatu masa
ketika api itu menari
menghangatkanku tanpa memelukku
ketika aku merasakan dinginnya dunia
Bodohnya aku
memadamkan api itu
dengan kemalasan mencari bahan bakar penting
dengan ketakutan akan terlalu besarnya api itu
dengan kekhawatiran berlebihan akan kekuatan yang diberikan api itu sesungguhnya
Sekarang...
Saatnya kunyalakan api itu kembali
Biarlah menyala, hingga terang jalanku
Biarlah membakar semua rintanganku
Biarlah dia menjadi obor di ujung sana untuk kugapai
Biarlah menari bersamaku
Aku sudah tak takut lagi
Aku sudah tak khawatir lagi
Aku sudah tak malas lagi
Aku sudah temukan korek api itu.
Fire my desire...
I'm on fire...
for my desire...
Sunday, March 8, 2009
Doaku hari ini
Aku telah menjadi seorang pencinta.
Walau tak memiliki kekasih.
Terima kasih, Tuhan.
Aku telah menjadi seorang ayah.
Walau tak memiliki anak.
I am a lover with no lover.
I am a father who has no child.
Antara bahagia dan derita.
Aku selalu bersyukur.
Bremen, 8 Maret 2009
Saturday, February 21, 2009
Ingin aku bisa percaya
***
Dulu aku percaya pada-Mu
Kauberi aku harapan
Kauberi aku keberanian
Kauajari aku kasih sayang
Kauajari aku kesabaran
Tapi ternyata kusadari semuanya semu
Ternyata apa yang kupercayai selama ini tidak ada maknanya
Kaubuat aku berdoa pada-Mu setiap hari
Kaubuat aku senang membaca Kitab-Mu
Namun ternyata tidak ada maknanya sama sekali
Semua harapanku musnah
Keberanianku hilang
Aku sudah tak bisa merasakan cinta lagi
Sepertinya Kauambil semua yang kumiliki
Entah masih ada yang tersisa atau tidak
Aku lelah
Aku sudah lelah
Aku sudah lelah melawan takdir.
Ketika pertama melihatmu, aku tahu kita takkan bersatu.
Namun mengapa aku tak bisa melupakanmu?
Mengapa kita bertemu lagi?
Mengapa aku harus tahu nomor telponmu?
Kucoba melawan takdir.
Memang ada peluh, air mata, darah, dsb.
Ada juga banyak saingan, termasuk kawan sendiri.
Ada juga nyokap lu yg kaga suka ama gua.
Ada juga kawan-kawan lu yang memberi nasihat busuk.
Ada juga ban kempes saat kita kencan.
Ketika kuingin berdua denganmu, selalu saja ada gangguan.
Memang sudah kucoba melawan takdir.
Aku bersyukur atas cintamu yang singkat.
Aku bersyukur atas semua kawan-kawanku yang menyemangatiku untuk memperjuangkan cintamu.
Aku bersyukur karena aku sempat merasakan kemenangan atas takdir.
Tapi kemenangan dalam pertempuran bukanlah kemenangan perang.
Membunuh pion, kuda, benteng, dan perdana menteri bukanlah Skak Mat.
Aku lelah melawan takdir.
Kini mengapa aku harus bertemu orang yang tampangnya mirip dengan monyet barumu di tempat kerjaku?
Kini mengapa aku harus melihat comment kawanmu di profil friendstermu?
Mengapa takdir seakan-akan menertawakanku?
Mengapa takdir tidak puas membiarkanku kalah?
Mengapa takdir belum berhenti menyiksaku?
Jika Tuhan sungguh-sungguh ada, ingin kutanyakan padanya sampai kapankah penderitaanku ini berakhir?
Haruskah kutinggalkan dunia ini untuk mendapatkan jawabannya?
-- Bremen, 18 September 2007
lunk link
mana mentega, mana ketupat?
yang benar tiga, atau empat?
lawan jerawat harus bertahap
kalau empat, kaga siap.
satu, dua, tiga telah kulalui
masa sih harus sampai empat?
Kaga kuat...
cape deh...
Makan baso tahu di Sabuga
Kuminta satu, Kauberi tiga
Menanam padi jangan tertusuk
Kuminta satu yang abadi, bukan tiga cepat busuk
Minum Jamu tertusuk sangkur
Apapun anugerah-Mu, kutetap bersyukur
Adakah yang abadi?
Adakah yang sejati?
Sebelum aku mencucukkan jariku ke dalam luka-Mu, aku takkan percaya.
Aku memilih tidak sebahagia mereka yang percaya walau tak melihat.
cacacacaca tatatatatat
Seberkas cahaya telah terlihat,
nanananana cicicicicil
namun hanya satu lilin kecil,
bububububu tititititi
bukan penerangan sejati
mumumumumu dududududu
yang kucari seumur hidupku
Aku tak mau yang keempat,
kalau bisa jangan cawan ini
Mengapa harus kehendak-Mu?
Mengapa tidak kehendakku?